Sejak sebelum menjadi Nabi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terkenal sebagai orang yang suka sedekah dan menolong orang lain. Karenanya saat beliau khawatir tentang siapa yang mendatanginya di Gua Hira, Bunda Khadijah mengingatkan kebaikan-kebaikan Rasulullah. Salah satunya adalah kegemarannya bersedekah.

“Demi Allah, Allah takkan menghinakanmu. Karena engkau suka menyambung tali persaudaraan, membantu orang lain, memberi makan orang miskin, menjamu tamu dan menolong orang yang menegakkan kebenaran,” kata Khadijah menenangkan.

Setelah menjadi Nabi dan Rasul, beliau lebih hebat lagi dalam bersedekah. Bukan hanya sedekah-sedekah kecil memberi makan orang miskin, beliau bahkan memerdekakan banyak budak. Salah satunya bernama Rafi’.

Dulunya, Rafi’ adalah budak Said bin al-As yang diwariskan kepada putra-putranya. Rafi’ mengadu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meminta pertolongan untuk dibebaskan. Rasulullah pun membeli dan memerdekakannya.

“Saya adalah budak yang dibebaskan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,” demikian Rafi’ sering menceritakan kisahnya.

Baca juga: 10 Keutamaan Sedekah

Gemar Sedekah, Tak Mau Hidup Mewah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebenarnya adalah orang kaya. Sejak muda, beliau telah berdagang ke Syam dengan membawa harta Khadijah. Setelah menikah dengan Khadijah, beliau lebih kaya lagi. Namun, beliau tidak mau hidup mewah. Terlebih setelah diangkat menjadi Nabi.

Bersama Khadijah, beliau banyak bersedekah dan menolong umat. Jika ada sahabat yang meminta tolong, Rasulullah pasti menolongnya. Jika ada orang yang minta bantuan, Rasulullah pasti membantunya. Beliau suka memberi makan orang miskin hingga memerdekakan budak.

Ketika Bani Hasyim diboikot selama sekitar tiga tahun, Rasulullah dan Bunda Khadijah menggunakan hartanya untuk menolong mereka agar bisa bertahan hidup. Di tengah pemboikotan yang membuat mereka kelaparan. Kalaupun ada barang yang bisa dibeli, harganya telah melambung tinggi. Di masa itulah harta Khadijah hampir habis.

Setelah Bunda Khadijah wafat tak lama pasca pemboikotan, Rasulullah tidak lagi memiliki banyak harta. Kendati demikian, beliau terus menerus mencontohkan bersedekah. Beliau rela mengganjal perutnya dengan batu karena lapar asal bisa menolong orang.

Setelah hijrah ke Madinah, Rasulullah sering kali mendapat hadiah dari para sahabat Anshar. Bahkan dari orang yang belum masuk Islam seperti Salman Al Farisi yang ingin membuktikan bahwa beliau memiliki tanda-tanda kenabian. Setiap kali mendapat hadiah, beliau mempersilakan para sahabat untuk makan bersama. Dan ketika ada yang membawakan sedekah, beliau tak mau menyentuhnya.

Rasulullah pernah mendapatkan emas sebesar telur ayam. Beliau langsung ingat Salman Al Farisi yang dijanjikan tuannya merdeka jika bisa membayar senilai 40 uqiyah emas dan 40 pohon kurma. Rupanya emas yang Rasulullah berikan itu mencapai 40 uqiyah dan akhirnya Salman pun merdeka.

Pasca perang Badar, Rasulullah mendapatkan banyak ghanimah. Seribu dinar emas nilainya. Namun, semua langsung habis karena beliau menyedekahkannya. Termasuk kepada para sahabat yang tinggal di teras Masjid Nabawi, ahlus suffah.

Baca juga: Akibat Kurang Sedekah

Seperlima Ghanimah Semuanya untuk Sedekah

Di Madinah, sebenarnya Rasulullah kaya raya. Sebab seperlima ghanimah adalah jatah beliau. Namun, beliau selalu membagi-bagikannya kepada orang yang membutuhkan. Tak pernah ada harta yang beliau simpan lebih dari tiga hari di rumah. Bahkan sering kali dirham dan dinar langsung habis sebelum 24 jam.

Beliau memilih hidup zuhud. Dengan rumah sederhana, makan seadanya. Padahal jika mau, beliau bisa membangun istana dan makan hidangan paling lezat sedunia.

Pernah beliau setelah salam langsung pulang. Melewati para shabat yang masih berdzikir di masjid. Ketika kembali kepada para sahabat, beliau menjelaskan mengapa tergesa-gesa. “Aku ingat sepotong emas yang ada pada kami, dan aku tidak ingin menahannya, maka aku pun menyuruh agar membagi-bagikan emas itu.”

Setiap kali mendapatkan dinar dan dirham, Rasulullah segera menyedekahkannya. Lalu beliau dengan sederhana bertanya kepada Aisyah, “Apakah ada makanan hari ini?” Jika tidak ada, beliau berpuasa. Jika ada, beliau makan apa yang ada.

Baca juga: Kisah Nyata Hutang Lunas atas Pertolongan Allah

Kedermawanan Melebihi Angin

Sedekah Nabi Muhammad tiada tanding, tiada banding. Beliau dermawan di setiap waktu. Dalam kondisi apa pun, di masa kapan pun. Ketika beliau tidak bisa membantu sendirian, seperti kisah kabilah Bani Mudhar yang datang dalam kondisi mengenaskan, beliau meminta para sahabat untuk membantu bersama-sama.

Rasulullah selalu dermawan di seluruh bulan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan. Ibnu Abbas menuturkan bagaimana peningkatan sedekah Nabi Muhammad di bulan Ramadhan:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – أَجْوَدَ النَّاسِ ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِى رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ ، وَكَانَ يَلْقَاهُ فِى كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ ، فَلَرَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ

Rasulullah SAW adalah orang yang paling dermawan. Dan kedermawanannya memuncak pada bulan Ramadhan ketika Jibril menemuinya. Jibril menemuinya setiap malam untuk tadarus Al-Qur’an. Sungguh Rasulullah SAW lebih murah hati melakukan kebaikan dari pada angin yang bertiup. (HR. Bukhari)

Demikianlah keteladan Rasulullah dalam bersedekah. Tidakkah kita ingin bisa meniru beliau? Semoga. [LAZ Ummul Quro]

Pin It on Pinterest

Share This