Kamis siang, saya ke rumah sakit untuk swab antigen. Ini kali kedua saya swab pada pekan ini. Syarat mengikuti bimbingan teknis di sebuah hotel. Alhamdulillah swab berjalan lancar. Hasilnya keluar 30 menit lagi.

Beberapa menit setelah meninggakan rumah sakit, saya teringat sesuatu. Kartu Tanda Penduduk (KTP). Saat mendaftar swab, saya memberikan KTP kepada petugas. Seingat saya belum dikembalikan. Langsung berhenti, mengecek dompet. Benar, KTP tidak ada.

“Mbak, tadi KTP saya belum dikembalikan.” Begitu tiba di rumah sakit, saya langsung komplain.
“Sudah, Mas. Tadi saya serahkan bareng uang kembalian.”
“Tapi kok tidak ada ya?”
“Coba cari lagi. Mungkin jatuh di jalan.”
“Baik, saya cari dulu. Nanti kalau ternyata tertinggal di sini, saya ambil sewaktu mengambil hasil swab ya Mbak.”

Dengan teliti, saya susuri jejak sejak keluar rumah sakit hingga parkiran. Nihil. Saya lanjutkan dari parkiran hingga jalan tempat berhenti tadi. Nihil juga. Sepertinya Mbak tadi yang lupa belum mengembalikan KTP saya.

Sekira 30 menit kemudian, saya kembali ke rumah sakit untuk mengambil hasil swab. Alhamdulillah hasilnya negatif. Sayangnya, petugasnya telah berganti. Saya harus menjelaskan kronologi hilangnya KTP tersebut.

“Sebentar ya, saya tanyakan dulu,” jawabnya sambil mengangkat telepon.
“Maaf, kata teman saya KTP Mas tadi sudah diberikan.”
“Coba cari di laci, Mbak. Barang kali tertinggal di situ.”

Mulai dari laci, printer, hingga bawa keyboard, semua diperiksa. Tidak ada.

Baca juga: Orang Mati Ingin Hidup Lagi untuk Bersedekah

Ya, sudahlah. Mungkin benar-benar hilang. Senin setelah bimtek saja saya urus surat kehilangan.

“Mungkin petugas itu salah memberikan KTP ke orang lain. Coba besok Senin sebelum mengurus surat kehilangan mampir dulu ke rumah sakit itu. Siapa tahu orang yang mendapatkan KTP tersebut mengembalikannya ke rumah sakit,” kata teman peserta Bimtek.

Senin pun tiba. Sebelum berangkat ke rumah sakit, terdengar suara tukang jahit sandal. “Jahit sandal, sepatu.”

Langsung teringat sandalku yang kemarin copot. Hanya butuh sekitar 15 menit untuk menjahit sandal itu. “Berapa, Pak?”
“Lima belas ribu.”
“Ini, Pak. Lebihnya buat njenengan saja.”
“Alhamdulillah, terima kasih Mas.” Ekspresi syukurnya memperlihatkan betapa bahagianya tukang jahit sandal asal Lamongan itu.

Baca juga: 10 Hadits tentang Sedekah

Menggunakan sandal yang baru dijahit, saya kembali mendatangi rumah sakit. Hasilnya sama. Tidak ada KTP tertinggal, tidak ada orang yang mengembalikan KTP. Terpaksa harus ke kantor polisi untuk mengurus surat kehilangan.

Sadar belum membawa uang, saya mampir ke ATM. Siapa tahu mengurus surat kehilangan dan mencetak KTP baru pakai biaya. Sewaktu membuka dompet di depan ATM itulah saya melihat sesuatu. Seperti baru sadar bahwa dompet saya punya saku tersembunyi yang belum saya periksa. Alhamdulillah, ternyata itu KTP yang saya cari-cari. Terselip di bagian dalam dompet.

Mengapa kemarin-kemarin tidak kelihatan ya? Padahal saya sudah memeriksa dompet berkali-kali. Bisa jadi ini keajaiban sedekah tadi. Hanya sedekah lima ribu, KTP ketemu. [LAZ Ummul Quro]

Pin It on Pinterest

Share This