Salah satu keutamaan sedekah adalah menolak bala. Selain berdasarkan hadits dan penjelasan ulama, keutamaan ini kita dapati dalam banyak fakta sebagai buktinya. Salah satunya adalah kisah sedekah motor dari seorang muslimah di Kabupaten Gresik.
Pertengahan tahun 2013, Arini -sebut saja namanya begitu- sering merasakan nyeri pada perut dan pinggang. Perutnya juga membesar, padahal ia tidak sedang hamil. Wanita yang sudah memiliki dua putra ini agak takut ke dokter. Sudah lama ia berlangganan terapis herbal. Karenanya ketika mengalami gejala-gejala tersebut, konsultasinya juga ke terapisnya.
“Ini gejala kanker, Mbak.” Ucapan sang terapis laksana petir di siang hari. Membuat gemetaran tubuh Arini.
“Kenapa kamu murung begitu?” tanya suami sepulang kerja saat mendapati wajah istrinya terlipat. Yang ditanya tidak banyak menjawab, malah menangis sesenggukan. Meskipun bingung, sang suami memberi kesempatan kepada Arini untuk menangis sepuasnya.
Sekira sepuluh menit kemudian tangis Arini mereda. Ia kemudian mulai cerita.
“Dia kan terapis, bukan dokter. Dokter saja tidak bisa mendiagnosis sebuah penyakit hanya dengan mendengar keluhan pasien. Untuk memastikan kanker, dokter perlu melakukan MRI, CT scan, tes darah, dan lain-lain,” kata sang suami mencoba menenangkan. “Bagaimana kalau kita periksa ke dokter?”
“Saya takut, Mas.” Arini menangis lagi.
“Baiklah. Kalau begitu lain kali saja. Kita perbanyak doa sambil melihat perkembangannya.”
Hari-hari berikutnya menjadi masa paling sulit bagi Arini. Gejala yang ia rasakan semakin parah. Perutnya tetap besar dan nyerinya semakin bertambah. Di saat yang sama, ia tak berani diajak ke dokter. Arini takut kalau ternyata hasil pemeriksaan membenarkan kata sang terapis, bahwa ia mengidap kanker. Ia tidak siap jika harus kemoterapi, rambutnya rontok, tubuhnya kurus kering. Lalu meninggalkan suami dan anak-anak untuk selama-lamanya.
Ketakutan Arini dengan kanker membawa masalah baru; depresi. Takut berlebihan hingga tiba-tiba air mata mengalir tak tertahankan. Terutama ketika sedang sendirian.
“Mas, jangan masuk kerja ya. Temani Arini.” Sang suami menurut. Baginya, keluarga adalah harta paling berharga. Saat jalan-jalan berdua itulah sang suami ingat dengan keutamaan sedekah. Salah satunya, sedekah menolak bala.
“Mungkin kita perlu sedekah yang tidak biasa, Dik.”
“Sedekah seperti apa, Mas?”
“Misalnya motor ini,” kata sang suami sambil menunjuk motor yang mereka naiki.
Arini berpikir sesaat. “Bismillah, Mas. Mungkin selama ini sedekah Arini kurang.”
Singkat cerita, disedekahkanlah motor itu. Dan berangsur-angsur kondisi Arini membaik. Akhirnya ia tidak lagi depresi dan perutnya mengecil. Hingga kisah ini ditulis, ia sehat dan tidak lagi merasakan gejala yang dulu ia keluhkan. [mbk/Lazuq.org]