Sudah berkali-kali pria itu mengengkol vespanya. Tapi nggak bunyi-bunyi. “Jangan-jangan bensinnya habis,” pikirnya. Ia pun menggunakan cara klasik, memiringkan vespanya. Benar, vespa itu akhirnya nyala.

Kesimpulannya apa? Bensinnya hampir habis. “Langsung ke pengajian atau beli bensin dulu ya? Kalau beli bensin harus mutar ke belakang, padahal pengajiannya di depan,” sempat ada pertarungan batin. Tapi tak berlangsung lama. Ia arahkan vespanya ke pengajian. “Usai ngaji baru beli bensin.”

Sampai di pengajian, rupanya Sang Kyai menjelaskan tentang keutamaan sedekah. Lalu mengajak para jamaah untuk sedekah.

Ma naqashat shadaqah min maal, bal yazdad, bal yazdad, bal yazdad. Sedekah tidak akan mengurangi harta, bahkan ia akan bertambah, bertambah, dan bertambah.”

Ia juga ingin bersedekah. Namun uangnya tinggal seribu rupiah. Hanya cukup untuk membeli bensin setengah liter buat vespanya.

“Itu uang buat beli bensin. Kalo kamu sedekahkan, kamu nggak bisa beli bensin. Motormu mogok, kamu mendorong. Sudah capek, malu juga,” demikian setan menggoda.

Ia sempat ragu sesaat. Namun ia segera meluruskan niat. “Sudah terlanjur tercabut, masa uang ini dimasukkan lagi? Kalaupun harus mendorong motor, tidak masalah. Bismillah!”

Seusai pengajian, pria itu pun pulang. Eh, baru 200 meter dari tempat pengajian, vespanya berhenti. Bensin benar-benar habis. Nggak bisa dimiringkan lagi.

“Nah, benar kan. Kalo tadi kamu nggak sedekah, kamu bisa beli bensin dan tidak perlu mendorong motor,” syetan kembali menggoda.

“Mungkin emang sudah waktunya ndorong.” Ia memantapkan keyakinan. Namun demikian, ia tak bisa menyembunyikan matanya yang berkaca-kaca. “Enggak enak jadi orang susah, baru sedekah seribu saja sudah dorong motor.”

Baru sepuluh langkah ia mendorong motor, sebuah mobil berhenti setelah mendahuluinya.

“Kenapa, Mas, motornya didorong?” tanyanya pengemudi mobil itu, yang ternyata teman lamanya.
“Bensinnya habis,” jawab lelaki itu.
Yo wis, minggir saja. Vespanya diparkir. Ayo ikut aku, kita beli bensin.”

Sesampainya di SPBU, temannya membeli air minum botol. Setelah airnya diminum, botolnya diisi bensin. Satu liter. Subhanallah, sedekah lelaki itu kini dikembalikan Allah dua kali lipat.

“Kamu beruntung ya,” kata sang teman kepada lelaki itu.
“Untung apaan?”
“Kita menikah di tahun yang sama, tapi sampeyan sudah punya tiga anak, saya belum”
“Saya pikir malah kamu yang untung. Punya mobil. Saya cuma punya Vespa”
“Hmm.. mau, anak ditukar mobil ini?”

Mereka kan ngobrol banyak, tentang kesulitan masing-masing. Rupanya, sang teman lama itu simpati dengan kondisinya.

Begitu sampai… “Mas, saya enggak turun ya,” katanya sambil menerogoh kantongnya mengeluarkan sebuah amplop.

“Titip ini saja ya. Bilang ke istrimu, doakan kami supaya punya anak seperti kalian. Jangan dilihat di sini isinya, saya juga belum tahu isinya berapa. Tadi pas dapat bonus dari perusahaan.”

Sesampainya di rumah, pria pemilik Vespa itu terperanjat. Amplop pemberian temannya itu isinya 1.000.000 rupiah. Seribu kali lipat dari sedekah yang baru saja dikeluarkannya. Keajaiban sedekah yang luar biasa. Persis seperti nasehat Sang Kyai yang baru didengarnya. “Ma naqashat shadaqah min maal, bal yazdad, bal yazdad, bal yazdad. Sedekah tidak akan mengurangi harta, bahkan ia akan bertambah, bertambah, dan bertambah.” [LAZ Ummul Quro]

*Disarikan dari Buku Kun Fayakun 2 karya Ustadz Yusuf Mansur

Pin It on Pinterest

Share This