Sepuluh tahun sudah pasangan suami istri itu menikah. Namun, mereka tak kunjung mendapatkan putra. Tentu ada risau dan gelisah. Bukan karena bisik-bisik tetangga, meskipun itu pasti ada. Lebih karena rindu hadirnya buah hati yang kelak menjadi amal jariyah dengan doa-doanya.
Banyak usaha telah dicoba. Mulai dari diet, memperbaiki pola makan, olah raga, hingga periksa berdua. Hasilnya, masih sama. Belum ada tanda-tanda kehamilan. Sementara waktu terus berjalan, usia semakin bertambah.
“Mungkin mau mencoba bayi tabung?” Tawaran itu datang dari salah seorang dokter. Biayanya cukup mahal. Sekitar Rp 60 juta. Sudah begitu, ada risiko lain selain tidak adanya jaminan pasti berhasil.
Karena sangat merindukan kehadiran buah hati, mereka sepakat mengikuti program bayi tabung. Beberapa kali harus ke rumah sakit di Surabaya, mengikuti setiap prosesnya. Butuh waktu yang lama.
Kenyataan pahit harus dihadapi. Program bayi tabung itu tidak berhasil. Sang istri sempat shock. Sudah sejauh ini berusaha tapi belum ada hasilnya. Untungnya, mereka tidak putus asa.
Tahun berikutnya, mereka kembali mencoba bayi tabung untuk kedua kalinya. Kembali merogoh saku sebesar Rp 60 juta.
“Sudah Mas, cukup dua kali saja,” kata sang istri saat kabar duka kembali menyapa. Bayi tabung tidak berhasil, persis seperti tahun sebelumnya. “Uangnya buat sedekah. Untuk anak, kita bisa mengadopsi saja.”
Sebelumnya, mereka sudah rajin sedekah. Namun sejak saat itu, sedekah mereka lebih pol-polan. Pernah seseorang datang ke rumah, menyampaikan sedang ada masalah. Ia pinjam uang. Jutaan. Dikasih begitu saja. Pernah juga ada teman yang sedang susah, mereka berdua membantunya.
Rencana mengadopsi anak pun berjalan. Kenalannya yang hamil mau memberikan bayinya nanti. Maka sejak kehamilan hingga seluruh biaya persalinan dibiayai. Tapi melihat bayinya yang begitu manis, wanita itu tidak jadi memberikan anaknya.
“Ya nggak apa-apa, masa kita mau maksa,” kata suami istri itu ketika mendengar ibu kandung sang bayi tak jadi memberikan izin adopsi.
Berbagai bentuk sedekah mereka lakukan. Mulai dari infak di kotak amal, sedekah subuh, pembangunan masjid, hingga proposal kepanitiaan yang masuk ke rumah, pasangan suami istri itu tak pernah menolaknya. Hingga suatu hari, sang istri merasa mual dan muntah-muntah. Saat periksa ke dokter, ternyata positif hamil.
“Alhamdulillah, ini keajaiban sedekah.” Sungguh seperti oase di tengah sahara. Laksana hujan di kemarau panjang. Keduanya sujud syukur. Kini putranya berusia hampir sepuluh tahun.
Masya Allah, setelah usaha yang demikian melelahkan, ternyata keinginan mereka memiliku putra menjadi kenyataan dengan wasilah keajaiban sedekah. [LAZ Ummul Quro]