Aditya Prayoga, namanya. Saat itu ia hidup sederhana. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ia menjadi tukang parkir di sebuah masjid. Suatu hari, ia melihat seorang wanita tua berjalan dengan menyeret kakinya. Aditya langsung merasa iba melihat nenek setua itu masih bekerja memulung sampah.
“Nek, nenek sudah tua. Sakit lagi. Mengapa tidak istirahat di rumah saja?” Tanya Aditya setelah menyapanya. Terlihat ada borok di kaki nenek itu, bahkan ada ulatnya.
“Kalau aku tidak kerja pagi ini, nanti sore aku tidak bisa makan.” Jawaban nenek membuat Aditya sangat prihatin. Ia sudah pernah merasakan hidup di kolong jembatan. Namun, penderitaan wanita berusia 90 tahun itu jauh lebih berat dari yang pernah ia rasakan. Aditya bertekad akan membantu nenek itu. Ia pun meminta alamatnya.
Sedekah Makanan Pertama
“Kamu masak yang enak, kita bawa ke nenek itu,” kata Aditya kepada istrinya yang masih menangis mendengar cerita nenek tersebut. Meskipun hidup pas-pasan, sang istri juga terpanggil untuk membantu nenek tersebut.
Tanpa berpikir panjang, ia menggunakan bahan makanan yang ada. Bahkan jika perlu, menggunakan uang persediaan belanja hari berikutnya. Yang penting, ia bisa masak enak sore itu.
Setelah makanan matang, pasangan suami istri itu pergi ke rumah nenek. Tidak mudah keduanya menemukan alamat tersebut. Setelah bertanya kepada beberapa orang, akhirnya ketemu juga. Sebuah rumah yang kondisinya jauh dari layak. Membuat keduanya semakin miris.
Sang nenek menyambut gembira kedatangan Aditya dan istrinya. Jarang ada orang yang sudi mampir ke rumahnya. Tak hanya membawakan makanan, tak hanya sedekah makanan, Aditya juga menyuapi nenek itu hingga kenyang.
Melihat nenek sumringah, keduanya ikut bahagia. “Ini makanan lainnya bisa dimakan nenek nanti malam. Insya Allah besok kami ke sini lagi. Nenek tidak perlu susah-susah memulung lagi.”
Baca juga: Hadits Memberi Makan
Langsung Laba Rp 10 Juta
Pekerjaan sebagai tukang parkir dan jualan koran tidak menjanjikan penghasilan besar. Aditya menyadari itu. Karenanya, agar bisa membantu nenek tersebut sesuai janjinya, Aditya tidak menyia-nyiakan kesempatan saat salah seorang jamaah masjid menawarinya untuk menjualkan murattal Al-Qur’an.
Aditya sama sekali tak menyangka, hanya dalam sehari ia bisa menjual 100 paket murattal Al-Qur’an. Karena keuntungannya Rp 100 ribu per paket, hari itu ia mengantongi laba Rp 10 juta.
“Uang apa ini, Bang?” Istrinya kaget saat Aditya memberinya uang Rp 10 juta. “Aku masih kuat hidup seperti biasanya tapi aku tidak mau kalau makan uang haram, Bang.”
“Tidak mungkin Abang memberimu nafkah dari uang haram, Dik.”
“Terus dari mana uang ini?”
“Ada orang yang memfasilitasi Abang untuk jualan murattal tanpa modal. Abang hari ini bisa menjual 100 paket murattal.”
Istrinya menangis, tak kuasa menahan haru. Sekian lama hidup bersama suaminya, baru kali ini ia memegang uang tunai Rp 10 juta.
“Sudah, kamu masak yang banyak. Kita antar ke rumah nenek dan kita bagikan kepada orang-orang yang membutuhkan.”
Baca juga: Hadits tentang Menyantuni Anak Yatim
Mendirikan 5 Rumah Makan Gratis
Sejak hati itu, Aditya rutin membagikan makanan gratis. Sedekah makanan itu awalnya hanya kepada nenek tersebut, lalu 20 porsi per hari, dan kini sudah mencapai 1.300 porsi per hari. Untuk mempermudah penyaluran, ia mendirikan rumah makan gratis. Awalnya hanya satu, kini Aditya punya lima rumah makan gratis. Berlokasi di Cilangkap, Ciangsana, Depok, Pasar Minggu, dan Jatisampurna.
Aditya merasa, sejak membantu nenek tersebut, rezekinya sangat lancar. Mulai dari jualan murattal hingga bisnis lain yang semakin membesar. Bahkan, salah satu ujian besar dalam hidupnya juga teratasi. Ujian apa? Insya Allah kita bahas pada tulisan berikutnya. [MBK/LAZ Ummul Quro]