Al Maun merupakan surat yang menuntun umat Islam agar menyantuni anak yatim dan fakir miskin. Asbabun nuzul surat Al-Maun menguatkan karakteristik tersebut.

Islam menuntun para pemeluknya untuk peduli sosial. Suka menolong lagi penyantun. Sebab sejak di Makkah telah turun Surat Al Maun. Surat ini menggedor hati manusia dengan menanyakan tentang pendusta agama. Maka, perhatian akal dan hati akan tertuju pada siapakah pendusta agama.

Surat Al-Maun dan Artinya

أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ . فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ . وَلَا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ . فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ , الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ . الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ . وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ

Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang berguna. (QS. Al-Maun: 1-7)

Surat Al Maun (الماعون) adalah surat ke-107 dalam Al-Qur’an. Namun dari urutan turunnya, ia adalah surat ke-17 yang turun setelah Surat At Takatsur dan sebelum Surat Al Kafirun. Ia terdiri dari tujuh ayat dan merupakan Surat Makkiyah, menurut mayoritas ulama.

Nama surat ini Al Maun yang berarti barang yang berguna, terambil dari ayat terakhir dari surat ini. Ia memiliki nama lain Surat Ad Din, Surat At Takdzib, Surat Al Yatim, dan Surat Ara’aita.

Baca juga: Kisah Nyata Hutang Lunas atas Pertolongan Allah

Asbabun Nuzul Surat Al Maun

Seorang tokoh kafir Quraisy biasa menyembelih unta setiap pekan. Tentu dagingnya banyak karena unta lebih besar daripada sapi. Sebenarnya daging itu cukup untuk ratusan orang. Namun, ia hanya mengundang orang-orang kaya untuk makan bersama.

Suatu hari, datang seorang anak yatim. Dalam kondisi kelaparan ia meminta makanan. “Tuan, tolong beri saya makan. Sejak kemarin saya belum makan,” demikian kira-kira pinta anak yatim tersebut.

Bukannya diberi makanan, anak yatim tersebut justru dihardik. Maka, Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan Surat Al-Maun khususnya ayat 1-3.

Menurut Ibnu Juraij, tokoh tersebut adalah Abu Sufyan. Menurut Ibnu Abbas, asbabun nuzul Surat Al Maun ini terkait dengan Ash bin Wail. Menurut As Saddi mengenai Walid bin Mughirah. Ada juga yang mengatakan terkait Abu Jahal. Namun, semuanya hampir sama, mereka menyakiti anak yatim yang datang meminta bantuan.

Sedangkan ayat empat, menurut Ibnu Abbas, turun berkenaan dengan kaum munafik. Mereka memamerkan shalat mereka, tetapi tidak shalat jika tidak ada yang melihat serta tidak mau meminjamkan sesuatu kepada orang lain. Riwayat mengenai asbabun nuzul Surat Al Maun inilah yang melahirkan pendapat bahwa Surat Al Maun termasuk madaniyah. Namun, yang lebih benar adalah surat ini makkiyah. Asbabun nuzul yang lebih kuat adalah yang pertama.

Baca juga: Cara Sedekah Subuh untuk Wanita

Pelajaran Penting

Lepas dari asbabun nuzul pertama atau kedua, Surat Al Maun ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang peduli sosial, mendorong kita untuk peduli anak yatim dan memberi makan orang miskin. Bagaimana kita menjadi orang-orang yang gemar sedekah dan berbagi.

Surat Al Maun ini juga mengajarkan keikhlasan dan menjauhi riya’. Jadi, hablum minallah dan hablum minannas dua-duanya menjadi perhatian penting dalam surat ini. Bagaimana kita memurnikan ibadah hanya karena Allah dan peduli sesama dengan berbagi terutama kepada anak yatim dan fakir miskin. Wallahu a’lam bish shawab. [MBK/LAZ Ummul Quro]

Pin It on Pinterest

Share This