Ialah Regibran Dirga Agung, warga Jl. Kalimantan RT 03/RW 09, Desa Gedangsewu, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri. Sejak usia 8 bulan Gibran telah ditinggal sang ibu untuk selama-lamanya karena sakit. 2,5 tahun sudah usia Gibran, ia tumbuh tanpa dampingan dan kasih sayang sang ibu. Hanya cerita-cerita tentang ibu yang menjadi penyemangat hari-harinya.
Saat ini Gibran diasuh oleh kakek dan nenek bersama dua saudaranya yang lain. Sementara sang ayah pergi bekerja demi penuhi kebutuhan hidup seluruh keluarga. Namun, keterbatasan pendidikan membuat sang ayah tidak bisa pilah-pilih pekerjaan. Seringkali ia harus menghabiskan waktu di jalanan, menempuh ratusan kilometer demi sesuap nasi untuk keluarga di rumah dan obat bagi Gibran. Namun seringkali penghasilan yang diperoleh tidak cukup untuk penuhi kebutuhan keluarga. Sehingga, mau tidak mau nenek Gibran ikut membantu mencari nafkah dengan berjualan di depan rumah.
Di usianya yang masih sangat belia, Allah uji Gibran dengan cobaan sakit berupa benjolan di punggungnya. Sementara itu, balita mungil ini hanya bisa menangis jika sakitnya sedang kambuh. Melihat cucunya menangis kesakitan, nenek Gibran tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya usapan lembut di punggung Gibran yang mampu ia beri, berharap bisa membuat cucunya lebih tenang.

#KawanBaikQu, saat ini Gibran juga harus mengalami kondisi dimana kakinya tidak bisa berjalan setelah terjatuh. Karena keterbatasan ekonomi, ia hanya bisa pasrah menerima setiap sakit yang mendera tubuh kecilnya, entah sampai kapan. Keluarga tidak mampu membawa Gibran ke rumah sakit untuk mendapat penanganan medis yang lebih lanjut karena ia belum memiliki BPJS. Gibran hanya sempat diperiksa oleh bidan desa. Betapa berat ujian yang harus Gibran jalani. Tubuh kecilnya harus menanggung sakit tanpa bisa mengutarakannya. Hanya tangis yang terdengar pilu.
#KawanBaikQu, Gibran belum mampu berkata-kata mengutarakan apa yang ada di dalam hatinya. Namun dari sorot matanya yang polos, terlihat jelas ia ingin sembuh dan tumbuh dengan normal selayaknya anak-anak seusianya. Berlari, berguling di atas tanah, menendang bola, dan masih banyak kesenangan lain yang ingin ia lakukan. Hanya saja keadaan membuat semua itu harus Gibran pendam jauh di dalam lubuk hatinya, entah sampai kapan.
Namun kita semua percaya, Tuhan tidak akan membiarkan Gibran dalam kondisi seperti ini seumur hidup. Allah akan hadirkan tangan-tangan baik untuk membantu kesembuhan Gibran, sehingga ia bisa bermain dan beraktifitas selayaknya anak seuisianya.
Jadi, #KawanBaikQu, kaliankah orang yang Gibran tunggu itu? Yuk, jadi kawan baik Gibran yang bantu kesembuhannya. Bersama kita lukis masa depan yang lebih indah buat Gibran.