Memaknai hijrah yang tidak sebatas berpindah tempat melainkan sebuah perjalanan spiritual yang penuh ketundukan kepada Allah SWT. Mari meneladani lembaran hijrah Rasulullah SAW dan mengambil hikmahnya dalam hidup kita saat ini.

Rasulullah SAW memutuskan hijrah karena kondisi yang begitu sulit. Islam yang digenggam dan ingin didakwahkan seperti bara api dalam genggaman tangan, dipegang sakit dan membahayakan namun tidak mungkin dilepas. Keberadaan beliau dengan islam yang menjadi keyakinan dan amanah untuk disebar-luaskan tidak diterima dan diganggu. Beliau kerap diserang secara verbal dan nonverbal. Kepergian beliau pun tidak semudah yang kita bayangkan. Nyawa menjadi taruhan. Atas pertolongan Allah SWT beliau keluar dari Mekkah.

Dalam perjalanan menuju Madinah, tempat dengan penduduk Madinah yang bersuka-cita menyambut dan menerima beliau juga tidak dilalui dengan mudah. Digambarkan bagaimana Rasulullah SAW melakukan perjalanan di Tengah kemarau yang secara manusiawi, dijalani dengan hati bahagia juga cukup sulit. Perbekalan yang serba terbatas, medan yang sengaja dipilih tidak pernah dilewati manusia untuk mengecoh kaum Quraisy yang masih mengintai untuk membunuh Nabi SAW.

Hijrah kita saat ini adalah tentang perjalanan iman yang seyogyanya semakin menguat dan mandarah daging. Hijrah kita sekarang adalah melepaskan bahaya yang mengancam kedekatan kita dengan Allah SWT. hijrah kita adalah kegigihan kita menuju takwa yang sebaik-baiknya. Tantangan yang dihadapi bukan selayaknya Rasulullah SAW dan para Sabahat pada masa itu. Bahkan, kita tidak mengalami seperti yang terjadi pada saudara-saudara kita di Palestina.

Tidak ada kondisi mencengkam yang membuat was-was saat kita beribadah, tidak ada pembunuhan yang terjadi di depan mat akita, tidak ada kelaparan yang melanda. Justru, kita mendapatkan tempat yang nyaman, kondisi yang tentram, dan orang-orang sekitar yang kondusif untuk kita menyembah Allah SWt dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi, justru kemudahan dan kelapangan kondisi itu melenakan, membuat kita terjerat pada zona nyaman yang malah menjauhkan kita dari Allah SWT.

Kita lebih sering menawar kesempatan ibadah, menunda peluang berbuat baik, dan merasa punya banyak waktu untuk libur berbuat baik. Padahal waktu yang kita miliki berputar sangat alami, tidak akan kembali.

Jalan hijrah kita saat ini begitu mudah tetapi cukup melenakan. Jalan hijrah kita saat ini jelas dan luas namun cukup membuat kita malas. semoga jadi perenunangan yang membawa hikmah.

Pin It on Pinterest

Share This