Mungkin ini kali pertama kamu membacanya. Zakat itu healing. Namun, demikianlah salah satu fungsi zakat dalam Al-Qur’an. Memang ada? Surat apa, ayat berapa?

Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya? Sebelum memaparkan ayat dan mengupasnya, ada baiknya kita bahas dulu apa itu healing.

Apa Itu Healing

Healing berasal dari Bahasa Inggris yang artinya penyembuhan. Ketika ada seseorang sakit lalu ia dirawat di rumah sakit dengan serangkaian prosedur medis, maka itu adalah healing. Ketika ada seseorang terluka setelah kecelakaan lalu lintas lalu ia mendapatkan perawatan medis, itujuga healing.

Namun, healing dalam istilah anak-anak muda adalah penyembuhan secara khusus. Yakni penyembuhan dari luka jiwa. Misalnya seseorang yang mengalami luka jiwa karena patah hati, proses pemulihannya disebut sebagai healing. Pun seseorang yang mengalami trauma tertentu lalu ia mendapatkan bantuan psikolog untuk pulih, itu juga healing. Atau yang lebih sederhana, seseorang yang di-bully lalu kena mental, proses pemulihan mentalnya juga merupakan healing.

Selain trauma, di antara kondisi yang butuh healing adalah depresi. Trauma adalah respons emosional tubuh terhadap peristiwa mengerikan seperti kecelakaan atau bencana alam. Gejalanya bisa berupa ketakutan, selalu merasa sedih, cemas, dan rasa marah. Nah, tiga gejala pertama ini ternyata bisa dibebaskan dengan zakat. Penasaran? Sabar dulu.

Depresi adalah gangguan suasana hati (mood) yang ditandai dengan perasaan sedih yang mendalam dan kehilangan minat terhadap hal-hal yang disukai. Nah, sedih ini termasuk salah satu dari tiga gejala trauma di atas. Zakat merupakan salah satu metode healing-nya. Kok bisa?

Baca juga: Dalil Zakat

Ayat Zakat Itu Healing

Agar penasaran kamu tidak semakin menggebu-gebu, langsung saja baca ayat ini perlahan-lahan dan resapi artinya.

إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآَتَوُا الزَّكَاةَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. Al Baqarah: 277)

Seorang muslim yang memenuhi empat syarat ini –beriman, beramal saleh, mendirikan shalat, menunaikan zakat- Allah jamin mereka itu “laa khaufun ‘alaihim walaa hum yahzanuun.” Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Artinya, mereka tidak takut, tidak cemas, dan tidak pula sedih. Tiga gejala trauma ini akan hilang. Allah akan membebaskan mereka dari depresi. Salah satunya adalah dengan zakat. Mengapa zakat bisa menjadi healing seperti itu?

Sebab orang yang berzakat dengan ikhlas, ia terlatih untuk tidak terikat dengan dunia. Ia menyadari bahwa dunia ini hanya titipan dan ketika Allah memerintahkannya untuk berbagi, ia melakukan dengan sepenuh ketaatan. Ia tidak takut jatuh miskin, bahkan tidak takut hartanya berkurang.

Selain itu, saat ia berbagi, ia bukan saja membuat orang lain bahagia. Namun yang paling besar justru ia membahagiakan dirinya sendiri. Sebuah penelitian sedekah dengan men-scan otak menunjukkan, otak orang-orang yang menerima hadiah memancarkan sinyal kebahagiaan. Namun, orang-orang yang memberikan hadiah, sinyal kebahagiaan di otak mereka lebih terang. Peneliti menyimpulkan, berbagi membuat pelakunya bahagia.

Nah, hadirnya kebahagiaan dari dalam jiwa inilah healing yang luar biasa. Ia merasa senang, hatinya lebih damai dan tenang, maka ketakutan dan kecemasan pun hilang. Persis seperti ayat ini: laa khaufun ‘alaihim walaa hum yahzanuun. Dan ini tidak hanya diperoleh di akhirat nanti tetapi juga di dunia ini. Wallahu a’lam bish shawab. [Mbk/LAZ Ummul Quro]

Pin It on Pinterest

Share This