Ada kisah nenek berusia 80 tahun yang biasanya ia berjualan pecel di halaman sekolah dasar. Karena adanya wabah virus corona ini, SD tersebut diliburkan untuk waktu yang cukup lama. Hal itu membuat nenek berusia 80 tahun ini memutar otak, bagaimana ia bisa tetap mendapatkan penghasilan untuk bertahan hidup. Akhirnya ia memutuskan untuk berjualan bubur sumsum keliling, mengayuh sepeda anginnya keliling desa untuk menjajakan dagangannya. Meskipun begitu hasil yang diperoleh belumlah bisa mencukupi kebutuhan hidupnya. Kondisi tersebut memaksa nenek renta ini untuk berhutang kepada tetangganya.
Mungkin ini adalah salah satu kisah yang mendera masyarakat kita dewasa ini. Banyak pula pegawai pabrik yang harus dirumahkan sampai beberapa bulan hingga menunggu kondisi pandemi ini berangsur membaik. Mungkin di awal masa tidak bekerjanya ia masih punya tabungan untuk bertahan hidup namun lama-kelamaan akan habis juga tabungannya, dalam kondisi tidak bekerja maka ekonomi mereka juga akhirnya terpuruk.
Para pedagang yang biasanya berjualan di luar kota juga mengalami imbas dari pandemi ini. Seperti yang di alami pak Soleh penjual tahu ke daerah Surabaya. Karena di daerah Surabaya banyak terjangkit virus corona sehingga PSBB diterapkan, otomatis pak Soleh tidak bisa lagi berjualan di daerah tersebut. Dengan begitu sumber penghasilan pak Soleh mampet. Memang pandemi corona ini tidak hanya mengambil banyak nyawa di negeri ini namun juga membuat ekonomi masyarakat menjadi terdampak sehingga menimbulkan banyak kemiskinan dengan banyaknya PHK dan lesunya daya beli masyarakat yang membuat pasar sepi pembeli.
Sebulan penuh kita menempa diri di bulan Ramadhan. Kita belajar merasakan lapar, menahan diri, menahan hawa nafsu. Dengan memperbaiki diri dan meningkatkan ibadah kita kepada Allah, sudah sewajarnya bila hati kita di bulan fitri juga menjadi lebih bersih, semakin mudah menerima cahaya Ilahi. Dengan begitu diharapkan empati dalam diri akan mudah tumbuh dan membuat kita semakin mudah berbagi. Bila kita telah merasakan laparnya puasa maka kita juga bisa merasakan bagaimana saudara kita yang kelaparan karena kehilangan pererjaan. Saudara kita bukan lapar untuk menunggu waktu berbuka namun mereka tidak memiliki makanan untuk dimakan.
Maka bukalah mata, lebarkan telinga untuk mengetahui kondisi di sekitar kita. Jangan sampai ada orang-orang di sekitar kita yang kelaparan sedangkan kita bisa tidur dengan kenyang. Kondisi memang sedang susah maka sedikit yang kita punya akan lebih berharga apabila dinikmati dengan berbagi. Semoga tempaan Ramadhan tahun ini menjadikan kita semakin peduli dengan sekitar kita. Menjadi pribadi yang mengikuti jalan Nabi Muhammad ﷺ menjadi pribadi yang suka berderma. Dan semoga Allah selalu melimpahkan keberkahan kepada kita semua dan mendapat syafaat Bagibda Rasullah di akhirat kelak, Aamiin ya Robbal Alamin. (*)