Qurban merupakan ibadah khusus pada bulan Dzulhijjah, yakni pada Idul Adha atau hari tasyrik. Apa saja hikmah qurban?
Pada artikel sebelumnya, kita telah membahas hukum qurban. Bahwa para ulama berbeda pendapat mengenai hukum qurban khususnya bagi orang yang mampu. Apakah ia wajib atau sunnah. Menurut madzhab Abu Hanifah, hukumnya wajib bagi yang mampu. Sedangkan menurut jumhur ulama, hukum qurban adalah sunnah muakkadah.
Kita juga telah mengetahui keutamaan qurban. Sedikitnya ada lima, yaitu:
- Amal yang paling Allah cintai
- Pahalanya sangat besar
- Menenangkan jiwa
- Mendatangkan ampunan
- Syiar Islam
Setiap ibadah dan ajaran Islam pasti ada hikmahnya. Hanya saja, terkadang ada hikmah yang sudah kita ketahui dan ada hikmah yang belum kita ketahui. Hikmah bukanlah syarat bagi kita untuk melaksanakan sebuah kewajiban. Sungguh keliru orang yang tidak melakukan suatu kewajiban dengan alasan belum mengetahui hikmahnya.
Lalu apa hikmah qurban? Minimal ada tiga sebagai berikut:
Hikmah Qurban #1: Ketaatan Totalitas kepada Allah
Hikmah pertama adalah sebagai pernyataan ketaatan totalitas kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Taat tanpa tapi. Sebagaimana teladan dari Nabi Ibrahim yang mendapat perintah untuk menyembelih anaknya.
Dan memang, syariat qurban merupakan napak tilas atas pengorbanan Nabi Ibrahim. Bayangkan, beliau sudah puluhan tahun tidak memiliki putra. Lalu Allah memberinya putra pertama, Nabi Ismail. Ketika putra yang sangat beliau cintai ini menginjak usia remaja, Allah memerintahkan untuk menyembelihnya. Tentu sangat berat. Bahkan teramat sangat berat sekali. Namun, karena ini adalah perintah Allah, Nabi Ibrahim taat. Beliau patuh untuk menyembelih Nabi Ismail.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ . فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ . وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ . قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ . إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ . وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. (QS. Ash Shaffat: 102-107)
Akhirnya, yang disembelih oleh Nabi Ibrahim adalah hewan qurban. Yang dari sini kemudian syariat itu Allah berlakukan kepada umat Islam. Ketika kita memiliki kelapangan rezeki lalu menyembelih qurban, ini merupakan bentuk ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahkan ada orang-orang yang sebenarnya tidak kaya tetapi ia berusaha sekuat tenaga dengan menabung agar bisa berqurban. Semangatnya adalah semangat taat totalitas, taat tanpa tapi.
Baca juga: Kisah Nyata Hutang Lunas atas Pertolongan Allah
Hikmah Qurban #2: Bentuk Syukur
Hikmah qurban yang kedua adalah sebagai bentuk syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala nikmat-Nya. Dalam Surat Al-Kautsar, sebelum memerintahkan qurban, terlebih dahulu Allah menyebut nikmat-Nya yang banyak.
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ . فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ . إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus. (QS. Al-Kautsar: 1-3)
Meskipun mukhatab pada ayat di atas adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang Allah anugerahi nikmat yang banyak, keturunan yang banyak, dan telaga kautsar, kita sebagai umatnya juga mendapatkan banyak nikmat yang jumlahnya tak terhingga. Nikmat terbesar adalah iman dan Islam. Nikmat berikutnya adalah kelapangan rezeki sehingga mampu berqurban.
Baca juga: Akibat Kurang Sedekah
Hikmah Qurban #3: Kepedulian Sosial
Hikmah qurban yang ketiga adalah sebagai bentuk kepedulian sosial. Islam bukan hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya (hablumminallah) tetapi juga hubungan manusia dengan sesama manusia (hablumminannas). Islam menginginkan terbentuknya masyarakat harmonis yang saling menyayangi dan saling menolong.
Banyak ibadah dalam Islam yang memiliki dimensi sosial untuk membentuk masyarakat yang saling menyayangi dan saling menolong. Misalnya zakat dan sedekah. Termasuk juga qurban ini. Dengan qurban, orang-orang yang selama ini sangat terbatas dalam konsumsi, bisa menikmati daging qurban. Idul adha pun menjadi hari yang membahagiakan sekaligus hari perbaikan gizi. Wallahu a’lam bish shawab. [MBK/LAZ Ummul Quro]