Bagi Ivana Kurniawan (41) tak butuh banyak alasan untuk bertahan demi anak-anaknya. Ia dikaruniai dua anak kembar istimewa. Yakni Dzakwan naufal putra wibowo (13) dan Dzakiyah Khayla putri wibowo (13) yang tumbuh dengan kondisi cerebral palsy.
“Bagi saya, seorang ibu yang melahirkan mereka enggak perlu syarat apapun memperjuangkan anaknya,” ucap Ivana Dengan nada lirih dan mata mulai memerah.
Ivana pertama kali mengetahui putra-Putrinya mengidap cerebral palsy saat keduannya berusia 9 bulan. Dia sebenarnya sudah curiga dengan perkembangan keduannya tidak seperti anak seusianya. “Keduanya belum bisa mengangkat kepala, kemudian saya putuskan untuk ke dokter sepesialis anak” Ujarnya
Setelah mendapat keterangan dari dokter spesialis, barulah Ivana mendapat diagnosis pasti: Dzakwan dan Dzakiyah punya kondisi cerebral palsy.
Tidak cukup disitu, Ivana juga mencari informasi sana-sini, tentang cerebral palsy karena secara pengetahuan ivana kurang paham dengan kondisi tersebut. Iya, itulah Cerebral palsy, yakni lumpuh otak atau cedera otak yang mengganggu sistem motoric tubuh.
“Awalnya struggle banget ya. Syok banget awalnya. karena keduanya aalah anak pertama kami yang kami damba-dambakan, Dan pastinya berusaha menerima keadaan itu dan terus mencari tau apa yg bisa dilakukan untuk memperbaiki keadaan mereka, melakukan yg terbaik buat mereka, karen CP itu tidak dapat disembuhkan tapi melalui terapi2 mereka bisa memperbaiki kondisi dan meningkatkan kemandirian mereka ” kenang Ivana.
Butuh waktu baginya menerima kenyataan tersebut. Ivana menuturkan, ia kerap menangis tiap kali melihat anaknya. Karena keduanya dalam kondisi tersebut. Menjadikan keduanya susah dalam bergerak dan melakukan aktifitas apapun.
Dalam benak Ivana saat ini yg pasti dengan kehadiran mereka saya banyak belajar tentang arti berempati, arti ikhlas dan arti berjuang, dan dengan kehadiran mereka bisa punya banyak teman-teman seperjuangan yg saling menguatkan, saling sharing pengalaman bagaimana memberikan yg terbaik buat kemajuan anak-anak kita
Menerima Keadaan
Ia perlahan mulai bisa menerima kondisi anaknya. Namun, titik itu bukanlah tujuan akhir.
Ivana mengatakan, menerima kenyataan justru bagian paling mudah. Setelah itu ada perjalanan panjang yang lebih berat: apa yang harus dilakukan setelah menerima kondisi anak.
“Keluarga harus bertahan, tapi setelah bertahan harus berjalan,” kata Ivana.
Perjuangan mengasuh anak dengan kebutuhan khusus justru jadi tahapan lebih berat. Orang tua, kata Ivana, harus punya pengetahuan mengenai kondisi anak.
Perlu juga biaya besar untuk memberikan terapi. Orang tua juga perlu mencurahkan energi besar untuk membesarkan anak dengan kebutuhan khusus. Pastinya juga lebih sering menghabiskan waktu bersama mereka, mengajak ngobrol mereka, bercerita, walau mungkin mereka blm paham apa yg kita sampaikan tapi mereka bisa merasakan kalau kita sayang dan peduli kepada mereka.
Ivana menceritakan ejak didiagnosa CP diusia 9 bulan anak ia langsung menjalani fisioterapi seminggu dua kali “Awalnya terapi di mojokerto baik di tempat praktek dokter anak atau di RS, Sejak usia mereka 2 tahun, anak saya pindah terapi di Surabaya dan Tetap seminggu dua kali hingga saat ini,” Ucap Ivana sambal menghela nafas.
Orangtua perlu menerapkan apa-apa yang diajarkan terapis. Itu sebabnya, Ivana harus pontang-panting membagi waktu antara bekerja, dan mengasuh keduannya.”Alhamdulillah saya mempunyai orang tua dan saudara yg sangat peduli dengan anak-anak. Jadi ketika saya dan suami bekerja saya titipkan anak-anak bersama mereka, Karena tidak mudah memperkerjakan orang untuk merawat mereka dengan kondisi mereka yang special. Dan alhamdulillah juga saya punya rekan-rekan kerja yg baik, jadi ada kalanya saat saya harus ijin untuk mengantarkan anak-anak terapi mereka bisa memahami”
Ivana menceritakan bagaimana ia perlahan-lahan berusaha mengajarkan Dzakwan dan Dzakiyah kemandirian. Energi dan waktu yang tercurahkan tidak sedikit. Anak-anak special itu adalah anak-anak yg punya kepekaan yang sangat tinggi, mungkin mereka tidak bisa mengungkapkan tapi mereka bisa merasakan, apakah kita tulus atau tidak kepada mereka, maka perlakukan yg terbaik kepada mereka, dan pastinya kita harus belajar sabar menghadapi mereka.
Dukungan Keluarga
Beruntung, Ivana mendapat dukungan dari segenap keluarga besar. Keluarga-lah yang menjaga Dzakwan dan Dzakiyah ketika Ivana tidak bisa mendampingi. Keluarga semacam itulah yang menjadi support system-nya.
Karena itu, ia yakin bahwa keluarga pada akhirnya selalu menjadi obat utama semua permasalahan.
“Jadi memang kuncinya dari kasih sayang, dari situ bisa muncul namanya penerimaan, keikhlasan, bisa muncul upaya maksimal. itu dari kasih sayang, perlakukan anak-anak special ini seperti anak-anak yang lain, jangan disembunyikan jangan dikucilkan, mereka punya hak yang sama seperti anak yg lain untuk bisa bermain, jalan jalan, dan sekolah, Apa pun kondisinya, anak itu berkah. Dan orang tua yang dikaruniai anak berbeda dengan yang lain jadi punya kesempatan buat belajar. Sampai sekarang saya masih terus belajar,” katanya.
#Setiap anak adalah spesial